-->

Guru dan Perubahan

Shutterstock.com

William Arthur Ward: “guru tingkat menengah hanya bercerita, guru yang baik menjelaskan, guru yang hebat mendemonstrasikan sementara guru yang luar biasa memberikan inspirasi” 


Guru memiliki peran penting dalam memajukkan suatu bangsa. Dalam kisah-kisah klasik sering dikutif cerita tentang luluh lantaknya Hirosima dan Nagasaki akibat perang, yang ditanyakan penguasa pada waktu itu, berapa jumlah guru yang selamat dari ganasnya pemboman.

Singkatnya, sepekan setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945, yang menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat pada Perang Dunia II (1942-1945), Kaisar Hirohito (bertakhta 1926-1989) berupaya membangun kembali bangsanya yang sudah porak-poranda itu. Ia memerintahkan menteri pendidikannya untuk menghitung jumlah guru yang tinggal dan masih hidup. Satu sumber menyebutkan bahwa jumlah guru yang tersisa di Jepang pada saat itu adalah sebanyak 45.000 orang. Sejak itu, Kaisar Hirohito gerilya mendatangi para guru yang tinggal itu dan memberi perintah juga arahan. Rakyat Jepang sangat menjunjung titah dari Kaisar ini dan dilaksanakan dengan penuh komitmen dan konsekuen.

Ada lima perintah atau arahan yang harus dilaksanakan oleh para guru dan dipercaya dapat membangkitkan serta memajukan negara Sakura ini kelak: 1) guru harus melaksanakan pendidikan yang bermutu; 2) guru harus lebih disiplin dari murid; 3) guru harus lebih pintar dari murid; 4)pendidikan itu harus bisa menuntun industri; dan, 5) “saya akan kirimkan sebagian anda ke luar negeri, pelajari dengan benar dan bawa pulang ke jepang”.

Lima perintah ini tentunya telah dijalankan dengan baik, sehingga Jepang kini menjadi bagian dari negara super power di percaturan global.

Berbeda dengan di Indonesia, perhatian terhadap guru masih “setengah hati”. Kira-kira baru satu dekade perhatian pemerintah terhadap guru, baik dari sisi peningkatan kualitas dan kompetensi guru melalui pelatihan dan mekanisme sertifikasi, maupun dari sisi peningkatan kesejahtraan lewat program sertivikasi dan invassing terhadap guru non PNS.

Padahal, fakta menunjukkan bahwa diantara berbagai inputs yang ikut serta menentukan mutu daripada pendidikan ditentukan oleh peran guru.Maka, dalam konteks ini, kita merasakan betapa mulianya guru. Siapapun mafhum dan menyadari bahwa ditangan para guru, putra-putri terbaik bangsa ini dilahirkan untuk melakukan perubahan penting bagi kelangsungan hidup bangsa, saat ini maupun di masa akan datang.

Menuju Perubahan
Guru dituntut untuk dapat melakukan perubahan, dan perubahan itu sejatinya dimulai dari dirinya sendiri. Motivasi untuk berubah harus datang dari dalam diri guru itu sendiri. Oleh karena ada sejumlah prinsip yang harus dipegang para guru: ”guru harus memberi (to share) terlebih dahulu agar ia dapat maju dan berkembang (to grow)”, maka guru tidak boleh menampilkan dirinya pada posisi pasif (penerima perubahan), akan tetapi harus pada posisi aktif (memberi dan berbagi untuk maju berkembang bersama). Jika menjadi guru merupakan pilihan pribadi, maka guru harus benar-benar hidup dengan pilihannya tersebut. Maka dia adalah guru hebat.

Siapapun kita, termasuk guru, untuk menjadi pembelajar sejati. Guru setelah mampu memahami dirinya, maka selanjutnya ia harus belajar memahami dan memberi inspirasi bagi peserta didik. Tak seorang pun akan pernah tahu jika salah satu dari mereka akan menjadi Thomas Alva Edison atau Albert Einstein berikutnya.

Sekali lagi,tugas guru adalah tugas yang mulia yang merupakan profesi yang paling sering menjadi cita-cita favorit masa kanak-kanak. Lewat tangan para gurulah tercipta para ilmuwan, ahli politik, hakim, dokter dan bahkan seorang presiden sekalipun. Dari seorang gurulah kita belajar dari hal yang tidak tahu menjadi tahu, belajar memahami dan berpetualang dalam pengetahuan. Seringkali guru menghadapi kendala dalam mengajarkan murid-muridnya, berbagai metode dicoba sebagai upaya untuk menyampaikan ilmu yang dimilikinya kepada para peserta didik. Namun seringkali, peserta didik semakin bingung sehingga akhirnya tidak mengerti yang berujung kepada kebosanan.









0 Response to "Guru dan Perubahan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel