-->

Publik Masih Percaya Sekolah

Peter Max, Heart, 2009


Institusi pendidikan baik yang dikelola oleh swasta maupun pemerintah, sekolah swasta dan sekolah negri, sama-sama memiliki ketahanan yang kokoh dalam dunia yang sedang mengalami perubahan yang cepat. Lembaga pendidikan sejatinya tidak boleh berhenti melakukan adaptasi terhadap perubahan-perubahan yang ada. Sebagai contoh, perubahan yang mengarah kepada distrupsi teknologi sejatinya dapat disikapi oleh lembaga pendidikan dengan sedemikian rupa tanpa harus kehilangan kesejatian kita dalam berbangsa dan bernegara. 

Lantas, apa sesungguhnya makna ketahanan disini? Ketahanan yang dimaksud adalah secara perdefinisi, sebagai kemampuan suatu sistem sosial untuk mengatasi, bertahan hidup dan pulih dari tantangan dan krisis yang kompleks. Sistem sosial yang tangguh bersifat fleksibel (dapat menyerap ketegangan atau tekanan), dapat mengatasi tantangna atau krisis, dapat beradaptasi (dapat berubah dalam menanggapi tekanan terhadap sistem) dan inovatif (dapat berubah dengan cara yang lebih efisien dan efektif untuk mengatasi tantangan atau krisis). 

Oleh karena itu, lembaga pendidikan sebagai salah satu bagian dari sistem sosial keberadaannya sangat urgen. Sejauh mana urgensinya adalah berkorelasi dengan persepsi ketidakpastian. Pertanyaan-pertanyaan yang kerap mengemuka dari generasi muda, generasi milenial untuk generasi saat ini, bekerja dimana dengan profesi apa? Kehidupan seperti apa yang akan dijalani? Pertanyaan-pertanyaan ini adalah terkait dengan masa-depannya. 

Dan masa depan adalah sesuatu yang sifatnya penuh ketidakpastian yang menimbulkan kekhawatiran. Yang karena itu, masyarakat mengambil resiko terhadap sesuatu yang dipercaya bisa menjawab kekhawatian tersebut, sesuatu yang dipercaya itu adalah sekolah. Maka kenapa kemudian sekolah sebagi sistem sosial memiliki ketahanan dan tidak mengalami defisit peminat. 

Kepercayaan publik terhadap lembaga pendidikan yang dapat memberikan kepastian masa depan untuk anak-anaknya tidak sepenuhnya benar dan sebagian besarnya adalah sahih. Maka oleh karena itu, para steak holder pendidikan dituntut sepenuhnya untuk mengambil tanggungjawab tersebut supaya tidak mengecewakan penggunananya. Dan bagian dari tanggungjawab itu adalah menghadirkan pelayanan pendidikan yang berkualitas, pendidikan yang dapat menjawab tantangan zaman, dan Pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat kebanyakan. 

Jika kemudian kehadiran institusi pendidikan menjelma sebagai sosok yang ekslusif karena tidak semua lapisan masyarakat bisa mengaksesnya, maka sesungguhnya kita kembali ke zaman kolonialisme. Jika sudah demikian kecendrungannya, telah terjadi pengingkaran terhadap hak-hak sipil oleh negara: untuk mendapat pengajaran dan pendidikan, maka rezim yang berkuasa wajib untuk dimintakan tanggungjawab konstitusionalnya. 

Kemudian yang tak kalah urgennya adalah pertanyaan apa yang harus diajarkan kepada anak-anak supaya mereka dapat memiliki pekerjaan kelak beberapa decade ke depan? Pastinya, banyak pelajaran yang diajarkan hari ini nanti di tahun 2050, terlebih tahun 2100, tidak relevan lagi. Namun yang paling penting, menurut banyak ahli pedagogis, sekolah harus beralih ke pengajaran 4C: mengondisikan pembelajaran dimana para siswa terstimulasi dalam kerangka berpikir kritis (Critical thinking); siswa dapat mengomunikasikan apapun ide dan gagasan dari pikirannya baik kepada teman sebayanya maupun kepada publik yang lebih luas lagi (Communication); siswa juga bisa atau memiliki kemampuan untuk bekerja sama sebab salah satu kekuatan manusia adalah bukan berpikir sendirian melainkan berpikir dalam konteks bersama (Collaboration): dan “C” yang terakhir adalah Creativity. Siswa bukan sekedar diajarkan bagaimana agar mereka bisa bisa belajar mandiri dengan sekian pakta yang diberikan kepada mereka, tetapi juga agar semuanya bisa diolah secara kreatif dan pada gilirannya melahirkan kreativitas.

0 Response to "Publik Masih Percaya Sekolah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel